Selamat Datang di Blog Nabil Nararya Ibrahim

Senin, 09 Februari 2009

Batu Kecil yang Mahal

"Mat," panggil Duki pada Mat Kacong sehabis salat subuh. "Tadi malam aku menghadiri pengajian di desa Jenangger. Kiai Abduh menjelaskan perbedaan orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. Menurut engkau orang berilmu dengan orang tidak berilmu itu sama atau berbeda?" 


"Jelas berbeda," jawab Mat Kacong. "Apa bedanya?" 
"Seperti pulpen yang tidak berisi tinta dengan pulpen yang sudah berisi tinta. Pulpen yang tidak berisi tinta tidak bisa digunakan untuk menulis sedangkan pulpen yang berisi tinta bisa digunakan untuk menulis. Perumpamaan yang lain banyak, dan sangat banyak." "Perumpamaan itu cukup jelas. Tapi barangkali ada contoh yang lebih jelas lagi?"

Sebagaimana biasa, Mat Kacong lalu termenung beberapa saat. Kemudian berkata,"Pak Sadin, kenalan saya di Bangkalan pernah sulit untuk mengeluarkan air seni. kemudian diperiksakan ke dokter dan Pak Sadin dinyatakan kencing batu." 
"Lalu apa hubungan penyakit kencing batu Pak Sadin dengan pertanyaanku?" tanya Duki. 
"Sebentar, bicaraku belum selesai. Dengarkan dulu penjelasanku! Kemudian Pak Sadin opname di rumah sakit dan operasi. 
Batu yang mengganjal kencing itu diambil oleh dokter, kemudian Pak Sadin bisa berkencing dengan lancar. Biaya mengambil batu itu satu juta rupiah." 
"Ah, jawab yang jelaslah!" ujar Duki. 
"Dokter dengan ilmunya, mengambil batu sebesar empu jari di pinggang Pak Sadin mendapat uang satu juta rupiah. Sedangkan tukang batu menggali batu untuk dibuat kapur atau pondamen rumah sebanyak satu meter kubik, hanya mendapatkan uang lima ribu rupiah. Bayangkan, batu sebesar empu jari bisa jauh lebih mahal dari batu satu meter kubik. Itu karena ilmu."